Pelangi yang muncul setelah hujan sangatlah indah, matahari
yang terbit dipagi hari setelah hadirnya malam sangat hangat mengenai peraba
ini. Hal yang tidak pernah kufikirkan adalah mengenalmu, sesosok yang tidak
pernah kuimpikan sebelumnya, sesosok yang menurutku tidak indah untuk aku
lihat, sesosok yang tidak sesuai dengan apa yang aku fikirkan dapat mengalahkan
indahnya mentari, langit dan pelangi.
Pada awalnya aku tidak pernah mengira bahwa ini dinamakan
cinta. Getaran detak jantung, rasa gugup dan kupu-kupu yang meluap dari perut
tidak pernah aku lihat ketika pertama aku melihat dan berjumpa dengan mu.
Detik demi detik aku lewati hari-hari bersamamu. Detik demi
detik pula secara perlahan getaran denyut jantung ini semakin meningkat. Aku tidak
pernah tahu rasa apa ini, yang aku rasakan aku ingin setiap hari aku melihatmu.
Aku sungguh menyukai ketika kau melontarkan senyummu dihadapan ku. Aku sangat
menyukai ketika kau berbaring disampingku. Aku sangat menyukai ketika aku
memegang tanganmu. Aku sangat menyukai ketika aku memelukmu erat.
Aku pernah mengatakan bahwa aku tidak pernah menjalani
hubungan selama yang kita lakukan. Mungkin ini salah satu jawaban mengapa aku
bisa mencintaimu, karena pepatah bilang cinta akan timbul karena terbiasa.
Sudah satu bulan kita tidak pernah berjumpa. Tepatnya hari
ini adalah tanggal 12, ya sudah terlewat beberapa hari ini untuk merayakannya,
tapi untuk apa dirayakan semuanya sudah tidak seperti yang dulu.
Aku tahu aku begitu banyak mengecewakanmu, begitupun dengan
engkau. Kebohongan itu masih aku ingat, kebohongan tentang rajutan cinta yang
pernah engkau lakukan sama halnya denganku dan engkau. Tapi taka pa setidaknya
aku mengetahui kebenarannya. Aaaaahhh aku juga masih mengingat ketika engkau
melambungkan tanganmu diwajahku, ya kanan dan kiri. Tak apa mungkin lambungan
itu tidak sepadan dengan kekecewaan yang pernah engkau rasakan. Aku berlapang
dada menerimanya. Aku juga masih ketika memotong rambut yang berada diatas
kepalaku. Aku pernah memberi tahumu hanya ibuku yang bisa memotongnya tapi
engkau tidak menyukai ketika aku memiliki rambut panjang. Sudahlah kau bisa
memotong aku anggap saja yang memotong itu adalah ibuku. Aku anggap saja
setidaknya engkau adalah orang aku cintai. Maafkan aku membuat luka begitu
dalam untukmu. Tidak usah hiraukan lukaku.
Waktu ini berjalan begitu sangat cepat. Aku tidak pernah
mengira aku mengenalmu begitu cepat dan harus kehilanganmu secepat aku
mengenalmu. Mungkinkah seharusnya aku tidak mengenalmu? Mungkinkah pertemuan
ini seharusnya tidak terjadi? Apakah aku terlalu memaksakan hati ini untuk
menerimamu? Apakah aku kurang selektif dalam memilih seseorang yang pantas
mengisi hati ini? Apakah aku hanya lalai?
Arus sungai mengalir dan berakhir di muara atau laut itulah
memang yang harusnya terjadi dan yang telah ditakdirkan oleh sang pencipta. Seperti
halnya kematian, tidak ada orang yang tahu kapan kematian seseorang terjadi,
bergitu mungkin dengan hubungan ini.
Pertanyaan-pertanyaan itu selalu terngiang di fikiranku,
pertanyaan-pertanyaan itu selalu mengganggu sampai aku tidak bisa bernafas. Aku
begitu kecewa kenapa perpisahan ini harus terjadi. Jalan yang ia pilih memang
bukan jalan yang salah. Jalan yang ia pilih benar-benar jalan yang benar dan
jalan yang begitu suci. Mungkin itu alasan yang kuat untuk aku untuk
membiarkannya pergi jauh dari hidupku, jauh dari dekapanku. Aku tidak
melarangnya, mungkin yang harus aku lakukan adalah menjauh darinya agar ia
tidak pernah sedikitpun mengingat tentang diriku.
Aku tidak pernah menyesali cinta ini, karena cinta itu
setidaknya pernah mekar sepeti bunga mawar biru yang pernah engkau berikan
padaku, begitu indah dan mempesona. Aku tidak pernah berhenti memandanginya. Namun
cinta ini juga harus berakhir seperti bunga mawar biru itu yang mati karena
termakan usia, terlihat buruk dan menjijikan.
Aku tidak pernah sama sekali melupakan detik demi detik
ketika kita menjalani kisah ini. Jalan setapak yang engkau lewati menuju
kamarku, masih aku ingat dentuman suaramu dan langkah kakimu. Aku tidak pernah
ingin membuang jauh kenangan itu dari hidupku, karena itu adalah bagian yang
pernah aku lewati dalam hidupku.
Mengenalmu adalah hal terindah yang pernah aku rasakan di
dalam hidupku, terimakasih telah meggoreskan tinta di atas kertas ku. Terimakasih
untuk pernah berani mencintaiku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar